Jumat, 29 November 2019

Softlens Baruuu : Alice Eye by S.H.E Brown Color



Enggak pernah kusangka bakal beli soft contact lens setelah sekian tahun sejak terakhir memilikinya. (Cek artikel yang pernah kubuat di review softlens yang lalu. )

Berhubung karena ada acara wisuda, dan rasanya bakal mengganggu banget kalau pake kacamata karena harus di-make up, dll, akhirnya terbelilah softlens lagi di toko kacamata yang sama aku membeli softlens dua tahun yang lalu.

Harga softlens yang kubeli ini 70k sepasang dengan ukuran minus 5. Aku sebenarnya mempertimbangkan untuk membeli online saja, karena yakin lebih murah dari harga yang diberikan toko kacamata. Tapi alas, karena ragu soal minus mata sendiri yang belum pasti minus berapa, akhirnya beli di toko kacamata agar sekalian diperiksa. Terkuaklah minus mataku sudah naik dan bahkan kini berbeda setiap mata, sebelah 5 1/2, sebelah 6. Namun aku tetap disodorkan softlens minus lima. Untungnya masih bisa melihat jelas walau mata sebelah memang tidak se-clear kalau pakai softlens dengan minus yang pas.

Softlens yang kudapat ini bermerek ALICE EYE by S.H.E. Oke aku memang enggak banyak tahu soal produsen softlens, dan aku benar-benar belum riset merek ini (yah walaupun sebelumnya aku juga tidak pernah riset dulu sih soal brand soflens tertentu, langsung beli yang ada di toko kacamata saja). Namun sejauh beberapa kali memakainya dari hari wisuda (14 Nov) hingga artikel ini ditulis, aku masih merasa nyaman memakainya dan tidak membuat iritasi atau mata merah. Mungkin karena kali ini aku benar-benar serius kali ya menjaga kesterilan tangan dan softlens, jadi sejauh ini masih aman dipakai. Dari yang kulihat, merek softlens sama sekali tidak berpengaruh dan menurutku sama saja fungsi pemakaiannya, walaupun mungkin memang ada perbedaan seperti corak dan warna, kandungan air di softlens, diameter, dll.

Selain softlens, aku juga turut membeli air tetes khusus softlens di toko itu, seharga 15k untuk ukuran botol kecil merek ICE import dari Korea. Fungsi cairan ini adalah untuk membersihkan softlens dan sebagai cairan tetes mata bila terasa kering setelah memakai softlens.


Demikiaan review (?) softlens ALICE EYE ini. Warna dan motif softlensnya oke, pemakaian nyaman dan aku suka desain kotaknya yang imut. Aku mungkin bakal merekomendasikannya.

Minggu, 10 November 2019

Daiso Indonesia : Di mana Harga Semua Barang Dipukul Rata

Beberapa hari yang lalu aku mengunjungi toko Daiso yang baru buka di mall dekat tempat tinggalku. Ini bukan kali pertama aku mengunjungi cabang Daiso yang sudah tersebar di banyak tempat. Namun kali ini aku ingin mengambil gambar barang-barang apa saja yang ada di sana dan menyempatkan diri untuk berkunjung walau hanya beli barang seuprit saja.

Daiso terkenal karena barang-barangnya yang impor dan harganya 'pukul rata' alias sama semua harganya, mau barang kecil atau besar sekalipun. Meski beberapa barang tidak asli buatan Jepang dan malah ada yang buatan Indonesia, namun desainnya sangat khas Negeri Sakura itu, dan sayang untuk dilewatkan mengoleksinya.

Berikut beberapa foto yang kudapatkan di toko tersebut














Foto ini hanya menangkap sekian persen dari total barang yang ada. Saking banyaknya sampai kucapek fotoinnya. Tidak hanya peralatan rumah tangga namun juga ada banyak aksesoris, gantungan kunci, lanyard, bantal, mainan hewan peliharaan, dekorasi rumah, tas, mangkuk, piring, panci, pisau, botol minum, gelas, dll dll dll dll.

Daaan harga semua barang ini hanya 28k lho. 28.000 rupiah per barang tanpa kecuali!!!! Terbilang murah sih sebenarnya. Apalagi desainnya otentik dan jarang ada di luar Daiso.

Daiso adalah salah satu toko kebutuhan sehari-hari yang wajib kudu harus wajib dikunjungi. Sekali masuk rasanya tidak tahan kalau tidak beli.

Senin, 02 Juli 2018

Trip to Mankitsu @Kamome Blok M, Jakarta 2018

Yass yas, akhirnya setelah dua tahun, sesuai janji di entri sebelumnya tentang Mankitsu, aku bakal nulis tentang Mankitsu yang ada di Kamome Building, Blok M, Jakarta. (Padahal gada yang nagih janji, tapi yasudahlah ya, mumpung lagi ada waktu luang buat nulis. LOL)

Nah, di tahun 2016, aku menulis entri tentang destinasiku ke Mankitsu di Papaya Fresh Gallery, dan berjanji bakal nulis tentang Mankitsu yang ada di Kamome pas pergi ke Ennichisai tahun selanjutnya. Namun apa daya, tahun 2017 kemarin lagi enggak mood buat pergi, ditambah dompet yang udah tewas kelaperan karena perutnya yang ga diisi (oke, lebay pisan), jadi tahun 2017 aku enggak jadi ke Ennichisai, dan otomatis enggak ke Mankitsu juga.

Akhirnya, tahun 2018 ini, aku berkesempatan lagi buat dateng ke Ennichisai Blok M hari Sabtu tanggal 30 Juni kemarin, dan langsung terbang ke Mankitsu Kamome -mumpung masih pagi dan festival belum rame jadi abisin waktu dulu di Mankitsu-.

Kamome building letaknya enggak terlalu jauh dari lokasi Ennichisai, dan bisa dituju dengan berjalan kaki 1-3 menitan (pokoknya enggak jauh. Serius.) dan letaknya pas di pinggir jalan, dengan ramen shanpachi dan Happy Inn sebagai tetangganya. Tentunya harus nyeberang jalan dulu jika mau ke sana. Berhubung tidak ada tanda/sign 'Kamome' di tempat itu, jadi lebih baik nanya mbah gugel dulu sebelum ke sana biar enggak bingung / nyasar. Tapi aksesnya gampang. Dari Papaya Fresh Gallery lanjut jalan kaki ke arah Hotel Neo lalu lurus lagi sampai nemuin Kamome di sebelah kiri. (Enggak belok-belok kok, tenang saja).

Nah kembali lagi ke Mankitsu Kamome. Mankitsu ini terletak di lantai 2 gedung Kamome. Bisa dikatakan tempat ini lebih luas dibandingkan Mankitsu Papaya (yang udah tutup dan sekarang hanya ada di Kamome), tapi setengah ruangannya hanya bisa dimasuki untuk pengunjung yang ingin meminjam/menyewa buku. Jika kita hanya ingin membeli atau melihat-lihat maka hanya bisa berkeliling di sebelahnya, yang sebenarnya hanya dibatasi pintu kecil.

Sama seperti Mankitsu Papaya, Mankitsu Kamome juga menjual banyaaaaak buku dan komik (dalam bahasa Jepang tentunya). Mereka menjual buku-buku biografi, travelling, buku self-help, parenting, resep masakan, majalah fashion bekas, dan masih banyak lagi. Mereka bahkan juga jual kaset game (Ada game Dissidia buat PSP lho!!!! ) dan kaset film seken yang (mungkin) masih berfungsi dengan baik (karena mereka enggak pernah jual buku/kaset second yang udah rusak.) , serta tentunya paling banyak adalah novel dan komik.

Karena aku enggak tertarik baca buku-buku berat (mending kalo bahasa Indonesia/Inggris, ini bahasa Jepang), jadi aku langsung ingin mencari komik dan novel ringan buat dibeli. Perhatianku langsung tertuju pada rak dekat konter kasir. OH. ADA SHONEN JUMP!!! Akhirnya salah satu wishlist-ku terpenuhi, yaitu buat beli majalah komik Shonen Jump seken edisi berapa saja. Harganya juga murah banget, jadi aku beli dua Shonen Jump edisi tahun 2017. Majalahnya tebal dan besar. Dijamin puas buat dibaca atau sekedar buat lihat-lihat.

Setelah itu, aku kembali menelusuri deretan komik di rak lainnya. Sayang sekali di bagian komik aku enggak berhasil nemuin komik yang mau kubeli, seperti Pandora Hearts, walaupun pilihannya cukup banyak  (ada Fairy Tail, Ao no Exorcist, Slam Dunk, Naruto, One Piece, dan komik-komik lain yang sudah dijadiin satu set). Tapi aku malah nemuin Kuroshitsuji / Black Butler vol 16. Yasudah deh, jadi langsung kuambil dan move on ke rak berikutnya, yaitu bagian novel.

Sebenarnya aku mengharapkan bisa nemuin light novel atau novel yang ada dalam wishlistku, seperti Oregairu, Kimi no Na wa, Kimi no Suizou wo Tabetai, sama novel-novel Akiyoshi Rikako. Mungkin aku enggak terlalu memperhatikan bagian novel karena buru-buru, jadi aku enggak nemuin yang kuincar. Akhirnya aku beralih ke rak novel anak-anak, karena mencari novel yang bisa kubaca cepat. Di salah satu rak itu, aku nemu novel Professor Layton, yang adalah adaptasi dari game misteri anak-anak untuk platform DS atau 3DS (?). Aku sendiri belum pernah main game itu dan hanya sekedar tahu dari Youtube. Ada 3 jilid novel dari judul itu, tapi aku hanya beli yang harganya paling murah, tentang misteri kastil yang melayang(?). Aku suka tampilan fisik novel itu. Laminasi doff dust jacketnya halus dan ada teksturnya, dan karena buku itu tebal ber-hard-cover, bahkan kertas dan hard-covernya memiliki tekstur. Karena itulah aku memutuskan buat beli. Jadi beli karena tampilan bukunya doang dan pengen koleksi doang? LOL enggak kok, bukunya bakal tetap kuusahain baca sekalian belajar, walaupun pasti makan waktu setahun buat abisin buku itu beserta buku lain.

Dan itulah 4 Buku yang kubeli di Mankitsu Kamome -Dua Shonen Jump, satu komik dan satu novel-, dengan hanya membayar 50k untuk semuanya. Aku masih sangat menyesal karena enggak menghabiskan waktu lebih lama buat lihat-lihat novel di situ, karena ga enak sama nyokap yang cuma nemenin dan bantu bawain buku tapi ga bisa baca satu pun buku di situ. Jadi aku buru-buruin milih buku dan enggak meneliti lagi. Sayang sekali, mengingat Mankitsu akan tutup total tanggal 29 Juli 2018, dan aku enggak ada waktu lagi buat ke Jakarta... Tapi apa boleh buat. Jadi bagi kalian yang kebetulan baca ini dan tertarik ke Mankitsu, segeralah ke sana dan berburu buku, apalagi kalian yang sedang belajar bahasa Jepang atau sudah merasa jago dan lagi nyari tantangan buat baca bacaan berat...

Aku masih berharap Mankitsu enggak tutup dan penjualan dialihkan online agar memudahkan semua orang. Tapi karena itu keinginan si pemilik (?) Mankitsu (kebetulan istrinya, orang Indonesia, yang pas lagi jaga kasir dan aku sempat mengobrol sama beliau) , jadi mungkin kita harus menghargai keputusannya... Buku-buku Mankitsu setelah itu akan dilelang / dijual. Semuanya ada sekitar 17.000an buku dan dijual beserta rak-raknya. Kalau ada yang minat langsung aja ke Instagram Mankitsu Blok M. (Emailnya lupa kutulis).Bisa langsung bikin perpustakaan dari semua buku itu.

Terima kasih buat yang sudah mampir ke entri ini. Susunan kata berantakan karena penulis lebih banyak gambar-gambar dibandingkan nulis :'v, jadi mohon dimaklumi, dan semoga entri ini tetap bermanfaat. Sankyu!

Btw, dokumentasinya nih.

 Lagi gandrung Gintama, jadi langsung ke-trigger buat beli yang kover ini. Dari kovernya aja udah koplak banget.Mentang-mentang si Shun Oguri meranin Gin di versi live action, dia gantiin posisi Gin di kover. Makanya si Gintoki tereak 'ITU POSISIKU!!'. Kertas kover sampe sobek sama dia XD
 Gambarnya bagus, dan ceritanya juga menarik sih. Judulnya Shudan! Tentang anak-anak kelas 6 SD di klub sepak bola junior, dan ada satu cewek berbakat yang masuk tim mereka.
 Arc olahraga cricket ada di volume ini. Somanya cetar membahana. Lalu di arc ini kita bisa lihat bokapnya Ciel dan Elizabeth pas masih sekolah.
 Novel Professor Layton. Aku nyari buku yang ada furigananya walaupun dikit. Jadilah ini kupilih buat belajar (moga aja beneran bukan buat koleksi doang LOL)
Berikut perbandingan besar Shonen Jump dan Tankobon biasa.

 

Daan ini sedikit video dalam Mankitsunya. Hanya beberapa rak aja yang kusorot, aslinya ada banyak.

Rabu, 26 Juli 2017

Softlens Review

Hola. Kali ini, di blog ini, aku bakal me-review tentang softlens. Tahun 2013 yang lalu bisa dibilang aku lagi seneng banget sama yang namanya pakai softlens. Berhubung aku pakai kacamata, beberapa aktivitas sering terganggu karena kacamata. Contoh, kalo pengen tiduran di atas meja di sekolah //lol. Dan, kulupa bulan apa, dan mungkin karena terpengaruh sama temen sebangku yang pake softlens,  pun aku memutuskan untuk membeli softlens di toko kacamata. Dan ini dia tiga pasang softlens + merknya yang pernah kupakai selama beberapa waktu semasa SMA.

1. EYEZONE
Merk softlens ini yang pertama kubeli di toko kacamata deket rumah dan yang pertama kali kupakai. Warnanya ungu dan ada patternnya. Di kotaknya tertulis bahwa softlens ini produk Australia.

Harganya? Hm.. lupa berapa. Dulu aku beli softlens ini sekalian dengan softlens casenya dan botol air untuk cleansing, dan totalnya Rp 100k lebih. Sekarang mungkin udah lebih mahal. (Aku beli tahun 2012 atau 2013 gitu, lupa).
Pas pertama pakai cukup nyaman. Diameternya tidak terlalu besar. Aku pun sempat memakai softlens ini berkali-kali (walau enggak setiap hari) Tapi, sayangnya tidak seawet dan sekuat yang kukira. Salah satu lensanya tiba-tiba robek sedikit, entah karena apa. Temanku pun nyaranin untuk enggak pake softlens itu lagi, katanya takut robekannya 'nginep' di mata. Jadi, meskipun belum kadaluarsa, aku terpaksa gak pake softlens ini lagi.

2. X2 POP
Setelah tidak memakai Eyezone, beberapa bulan kemudian aku memutuskan untuk beli softlens baru lagi, dan ketemulah merk X2 POP. Harganya mungkin sekitar 100k, ditambah beli botor air jadi 120k. (Itu tahun 2013.Mungkin sekarang sudah naik harganya).

Mungkin bisa dibilang X2 ini favoritku, karena tahan lama, kuat, dan beberapa kali gue pake semasa sekolah tidak ada masalah. Meskipun patternnya biasa aja, tapi pattern bunga softlens ini menurutku lumayan cantik. Aku beli yang warna ungu (waktu itu aku paling senang sama softlens ungu) Diameternya tidak terlalu besar, dan masa pemakaiannya 6 bulan.
Kulihat juga di review blogger orang lain, mereka juga memfavoritkan X2. Merk buatan Indonesia ini tidak kalah dengan merk import.

3. ZUHRA
Setelah masa pakai X2 habis, aku pun sempat lama enggak pakai softlens. Karena harganya mahal kan, jadi gak bisa sering-sering beli. Tapi suatu hari, sodaraku ngasih gue softlens merk Zuhra, yang dia beli di Jakarta dengan harga sekitar 30an (100k dapat 3 pasang). Murah banget, pikirku. Tapi itu sekitar 4 tahun yang lalu lho ya. Pas kulihat, harganya di pasaran sekarang Rp  75k untuk sepasang.
Zuhra berarti bunga dalam bahasa Arab, dan produk ini digadang-gadangkan sebagai produk halal (tapi merk lain mnurutku juga halal-halal aja kok). Softlens ini buatan Indonesia. Sesuai dengan namanya, pattern softlens ini berbentuk bunga dengan variasi warna yang bisa kita pilih seperti softlens lainnya. Waktu itu, karena dibeliin sodara, jadi aku gak  bisa milih warna yang diinginkan. Jadilah akudapet warna coklat. (Tapi tetap bagus sih).
Nah, sayangnya, entah kenapa, aku gak 'jodoh' sama produk yang satu ini. Pas kupakai, mataku jadi terasa enggak enak, mudah kering,dan kadang-kadang ada keluar cairan menggumpal dari mata selama memakainya. Dan mata jadi merah. Itu berlangsung dua atau tiga kali pakai. Jadi, terpaksa aku berhenti memakainya.
Aku baca review di internet banyak yang merasa nyaman memakainya. Mungkin sama seperti produk kosmetik, setiap orang punya kondisi tubuh yang berbeda untuk menyesuaikan dengan produk, terutama softlens. Mungkin karena mataku yang enggak cocok.

Dan, itulah 3 pasang soflens yang pernah kupakai. Setelah Zuhra, aku belum beli softlens lagi sampai artikel ini kutulis (Juli 2017). Bagi sebagian besar orang, softlens lebih praktis dan nyaman dipakai dibandingkan kacamata, terutama ketika ada acara ke pesta dimana kita harus berias, dan ketika di sekolah/perkuliahan/kantor. Bahkan melihat dengan softlens lebih cerah dibandingkan memakai kacamata. Namun, karena benda asing ini harus bersentuhan dengan mata, tentu saja perawatannya lebih ribet dan harus ekstra hati-hati, serta harus dijaga kehigienisannya. Softlens ini sangat menolong orang yang memiliki mata minus dan merasa kerepotan ketika memakai kacamata. Tentu saja, Softlens dan kacamata memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi yang memiliki mata normal/sehat, seharusnya tidak perlu pakai softlens. Tapi bila mau pakai yang non-minus, boleh saja kok, selama hati-hati memakainya. Intinya, softlens jangan dipakai saat tidur dan berenang. Hindarkan juga dari debu, terutama ketika naik motor. (Ketika kena debu/angin di jalan sedikit, mata sudah terasa perih). Selalu ganti air softlens, dan tangan harus bersih setiap kali memakai dan melepas softlens. Dan kita juga enggak boleh tuker-tukeran softlens dengan orang lain.

Dan sekian dulu postingan kali ini. Thanks for reading. Semoga dapan pencerahan (?) //ga mungkin.

Sabtu, 22 April 2017

Trip to BIG BAD WOLF 2017 @ICE BSD (PUAS)





 

 

 
Bazar buku terbesar se-Asia Tenggara, Big Bad Wolf (BBW), kembali hadir di Indonesia, lebih tepatnya akan diadakan kembali di ICE BSD, Serpong, setelah sukses menyelenggarakannya tahun lalu di 2 kota, yaitu Tangerang dan Surabaya. Tahun ini, BBW akan menyewa 4 hall sekaligus dan menampung lebih banyak buku (hingga jutaan!!). Tentunya hal ini disambut meriah oleh seluruh book lovers di Indonesia.

 Aku sudah menanti-nantikan BBW diadakan lagi sejak pertama kali datang ke sana tahun lalu. Karena itu, pas dikasih tau temen kalo BBW diadain lagi di ICE BSD, senengnya bukan kepalang! Dikarenakan juga tahun lalu tidak puas membeli buku. (Lihat di Pengalaman ke BBW 2016 )

Nah... bingung mulai cerita dari mana, saking excited-nya.... Dimulai dari hari pertama aku nge-stalk akun FB resmi BBW 2017. Dari situ sebenernya aku agak pesimis untuk dateng dan menikmati melihat-lihat buku di sana, karena para pembeli VIP banyak yang mengeluh soal betapa lamanya antrian di BBW di hari pembukaan khusus VIP.. Ada yang 2 jam ngantri, dan bahkan ada yang sampe 9an jam! (Engga percaya? Cek aja komen2 FBnya). Hal itu (menurut laporan mereka) dikarenakan sistem komputer dan scanner di kasir yang error, pegawai masih kebingungan (kayak culture shock gitu kali ya) mengurus pembeli yang memakai kartu, dan semrawut masalah lainnya. Dari komentar-komentar yang kulihat bahkan banyak yang undur untuk datang.

Tapi EITS!! Aku salah satu orang yang tetap aja ngebet pengen dateng ke situ meskipun baca komentar negatif di FB, secara aku juga udah ngidam2in event ini selama berbulan-bulan. Dan benar saja kok, hari ini (tadi pagi) aku memutuskan untuk dateng pagian (nyampe jam 8an). Ternyata pikiran negatif dan rasa khawatirku akan Hall yang penuh oleh pembeli dan antrian yang super duper panjang, terhempiskan. Di luar dugaan, aku bisa leluasa memilih buku di sana karena lengang (banyak orang tapi tidak ramai sampai berdesakan). Bahkan tidak terasa aku udah berkeliling melihat-lihat buku di sana dari jam 8-11an siang! Itu pun aku masih merasa belum puas, tapi apa daya aku harus pulang cepet karena ada urusan lainnya.

Ngomong-ngomong, tidak seperti tahun lalu, aku kali ini serius melihat-lihat buku secara perlahan dan tidak asal-asalan milih buku. Aku udah menetapkan kalau pingin beli buku tentang seni (ilustrasi, animasi atau komik. Novel masih jadi prioritas nomor 2 dst). Setelah masuk ke Hall pun, section pertama yang kuhampiri pertama kali yaitu Desain dan Arsitektur. Satu per satu aku melihat buku di section tersebut (yang jumlahnya bisa 4 meja panjang lebih, dengan ratusan tumpukan buku di atasnya.)...

....hingga mataku terpaku sama satu buku tebal yang langsung kukenali covernya.

....dan aku masih inget reaksiku sendiri saat  terpaku melihat buku itu adalah : "...HAH!! OH MY GOD!!!" (sambil berbisik sih, tapi kayaknya ada bapak-bapak di deketku yang denger aku begitu).

Iya. ART BOOK THE LEGEND OF KORRA 3!!!! Dari awal aku memang udah berencana mau beli art book yang berhubungan dengan animasi/film, dan aku menemukan beberapa, termasuk The Art of Star Wars, namun aku enggak tertarik. TAPI AKU ENGGAK NYANGKA BAKAL NEMU ARTBOOK KORRA!!! Fyi, beberapa bulan yang lalu di tahun 2016 aku lagi ngidam-ngidamin beli Art Book animasi The Legend of Korra. Aku pun cek di beberapa website toko buku impor, dan harganya luar binasa mahal... Jadi gue pasrah beli. TAPI GA DISANGKA, AKU MALAH NEMUIN DI BBW 2017! Harganya juga bersahabat, bedanya jauh dari yang gue lihat web :'D . Di atas tumpukan buku Korra disertakan juga buku 'SAMPLE' yang sudah dibuka, sehingga kita tidak perlu lagi membuka plastik segelnya untuk melihat isinya (dan banyak buku lain yang juga memiliki sample).. Tapi tanpa begitu pun kayaknya aku tetep beli :v

Mungkinkah ini doa yang terkabul? Padahal setelah pasrah gajadi beli aku enggak terlalu mengidamkan buku itu lagi sih... Tapi, setelah lihat buku itu di BBW, aku jadi enggak bisa 'cuekin' gitu aja. Akhirnya langsung ambil deh. Ngomong-ngomong, pas pertama masuk, aku merasa yakin bakal beli buku sedikit dan seperlunya sehingga aku udah PD ga perlu ambil troli.. Tapi ternyata berat dan ukuran buku Korra melebihi bayanganku selama ini (plus, itu hardcover...-.-). Akhirnya, setelah keliling beberapa lama sambil bawa-bawa buku itu, aku nyerah dan ngambil troli. //plek

Buku anak-anak di sana banyak... banget. Kelihatannya section itu selalu menjadi incaran bagi para ibu-ibu dan jasa titip. Tapi section itu engga kukunjungi selama di sana. Aku hanya mengunjungi section graphic novel (ada manga Jepang juga lho! Tapi edisi bahasa Inggris. Ada juga marvel, dc, garfield, peanuts, dll), art and craft, music (Ada jual tutorial main gitar dll, metallica, the beatles, mozart, dll), biography (tokoh2 seperti Steve Jobs, musisi, politikus, dll), photography (ada buku tutorial juga), design and architecture (ada buku desain, animasi, arsitektur, desain interior, dll), literature (nyari buku klasik karya penulis historikal seperti lewis carol, jane austen, john grisham, dll bisa di sini), young adult novels (novel2 modern seperti Maze Runner, The Hunger Games, karya2 Enid Blyton, dll ada di sini. Sayangnya ga ada Harry Potter), dan section buku-buku bahasa Indonesia terbitan Mizan, yang jumlahnya juga banyak di sana.

Setelah mengambil Art Book Korra, aku juga membeli beberapa novel (harganya murah-murah), salah satunya novel Hunger Games berbahasa Inggris.. Di sana, mereka menjual 1 judul dengan desain cover yang berbeda-beda.. Trilogi Hunger Games bisa terbit dengan cover yang berbeda-beda, (mungkin) karena penerbit dan tahun terbit berbeda-beda, sehingga mengalami pembaharuan. Aku cuma punya Catching Fire (bahasa indonesia, dibelikan sodara) dan Mocking Jay (bahasa inggris, yang gue kubeli di BBW tahun lalu) di rumah. Dan entah kenapa pas lihat novel Hunger Games aku merasa geregetan pengen punya, padahal udah nonton filmnya. Akhirnya? Yaudah, tetep kebeli.



Setelah merasa puas cukup melihat-lihat, tibalah waktunya menuju kasir. Sempet was-was akan antrian panjang, tapi ternyata engga. Di sana ada beberapa konter kasir yang kosong, dan petugas pun mengarahkan untuk menuju kasir yang kosong.. Lucky ~ Seneng rasanya langsung mendapat kasir. Dan kondisi kasir lainnya pun wajar, tidak ada antrian panjang seperti laporan para pengunjung hari pembukaan. Transaksi pun lancar dan aku langsung pulang dengan hati puas!

Oh iya, berbeda dengan BBW sebelumnya, Food Court hadir di dalam Hall, ada tempat bermain untuk anak, serta banyak booth berjualan barang/keperluan layanan seperti kartu, di dalam maupun luar Hall... Jadi tahun ini lebih variatif.

Kesimpulan dari pos ini : Suasana ramai tapi tidak berdesakan dan masih bisa jalan leluasa, antrian ramai lancar (emangnya jalan raya :v), aku senang banget nemuin buku yang sempat kuidamkan, dan banyak pemandangan baru seperti food court, tempat bermain anak, dll.

Bagi para book lovers, wajib banget datang ke sini. Dan yang kemarin ngeluh karena antrian panjang dll, jangan kapok buat dateng lagi ya! Dan semoga BBW diadakan rutin tiap tahun. Kalau bisa tetap di ICE BSD XD



Kamis, 06 April 2017

BOOKS CORNER : The 9 Old Men by Andreas Deja



This book features the 9 animators behind Walt Disney studio and all classics' animation, includes their animation sketch, life stories while worked in studio, their characters through the characters, etc.
Anybody who loves Disney or animation should read this.

The nine old mans are:
Les Clark
Wolfgang Rietherman
Ward Kimball
Eric Larson
Milt Kahl
Marc Davis
Frank Thomas
Ollie Johnston
John Lounsbery

All members of the group are now deceased. John Lounsbery was the first to die, in 1976 from heart failure, and the last survivor was Ollie Johnston, who died in 2008 from natural causes. All have been acknowledged as Disney Legends.

Selasa, 07 Maret 2017

BOOKS CORNER : Keys to Drawing by Bert Dodson (North Light Books)




In order to find my own style, I decided to borrow this book... Just like 'restart' my way to learn. Wrote by Bert Dodson, this book shows you how to draw better than we usually do.. Worth to read I guess, even for intermediate illustrator like me.